Alunan Perkusi Generasi Musik Meriahkan Bungkul Festival : "Kami Merasa Tertantang Untuk Berkarya"

28 July 2016

Berbagai festival hadir di Surabaya dalam rangka meramaikan UN Habitat III PrepCom 3 yang berlangsung pada 25-27 Juli 2016, salah satunya Bungkul Festival. Acara yang berada di salah satu taman terfavorit Surabaya ini terdiri dari : Permainan Tradisional Anak-Anak, Musik Keroncong, hingga Musik Perkusi. Salah satu kelompok musik yang tampil dalam Bungkul Festival ialah Generasi Musik. Kelompok musik perkusi ini bahkan sudah berpartisipasi sejak H-2 PrepCom 3 dimulai. “Iya sudah dari H-2. Mainnya juga gak cuma di Taman Bungkul, kami juga main di berbagai titik,” ujar Hadi, pentolan Generasi Musik.

            Generasi Musik mendapatkan jadwal tampil di Taman Bungkul, mulai jam 6 sore hingga 9 malam. Di jam-jam tersebut pada hari kerja, kondisi Taman Bungkul cukup sepi. Hanya ada beberapa masyarakat Surabaya saja yang datang dan beberapa Satpol PP yang berjaga. Namun bagi Generasi Musik itu bukanlah masalah besar. “Ada atau tidak ada, banyak atau sedikit. Ini namanya tugas. Apapun karya kita ya kita keluarkan saja. Bagi kami itu namanya profesional. Onok gak onok penonton tetap main dengan semangat. Justru kalau banyak yang nonton idenya bingung mau dibawa kemana, itu tantangan kami kalau di panggung sih,” ungkap Hadi. Pemain Saxophone dalam Generasi Musik ini sadar bahwa kini titik ramai di Surabaya ialah di Tunjungan. “Mungkin disini sepi ya karena Tunjungan Siola sekarang menjadi titik pusatnya (dimana Festival Tunjungan sedang berlangsung-red) . Kalau lewat sana sekarang pasti pelan-pelan. Soalnya mata kita dimanjakan dengan lampu yang indah dan bangunan yang balik lagi ke jaman dulu. Itu membanggakan lho buat warga Kota Surabaya,” tambahnya.

            Jika dulu banyak desas-desus mengenai seniman Surabaya yang jarang direken Pemerintah Kota, sekarang sudah tidak berlaku lagi. Justru saat ini, Pemkot menantang Seniman Surabaya untuk menampilkan karya-karya terbaiknya. “Sekarang kita yang ditantang balik. Diminta harus berkreasi dan tentunya  harus juga memiliki identitas jelas. Selain itu seniman sekarang diminta menunjukan sejauh mana kiprah karyanya. Pemkot sudah memberikan wadah dan mengayomi seniman ber-KTP Surabaya,” ungkap Hadi. Pernyataan ber-KTP Surabaya sangatlah menarik, setelah ditelisik lebih lanjut kabarnya Pemerintah Kota Surabaya dibawah Dinas Pariwisata mendata seniman yang hanya ber-KTP Surabaya, hal ini untuk membangun kembali seniman-seniman lokal. Pendataan ini juga berujung pada kepemilikan Kartu Induk Seni.

            Bicara tentang keterkaitan seniman dalam acara PrepCom ini bagi Hadi adalah salah satu keuntungan besar. “52 tahun usia saya, baru kali ini kami dilibatkan dan terlibat langsung dalam event berstandar Internasional,” ujar Hadi penuh bangga. Tantangannya sekarang adalah bagaimana cara seniman membuktikan kreatifitasnya dan memberikan kontribusi yang bagus. Disamping itu juga harus menyajikan sesuatu yang baru, fresh, enak dilihat dan enak didengar untuk delegasi dari berbagai negara, serta untuk masyarakat kota Surabaya.

 

Naskah : Virgina Sanni/Nadia Maya Ardiani

Foto : Virgina Sanni