Vampir itu nyata ?

12 September 2017

Ketika serial film Twilight muncul tahun 2008, seluruh orang dunia mulai menggilai yang namanya vampir. Apalagi vampir tampan seperti Edward Cullen.

Vampir memiliki ciri khas haus akan darah dan mencoba menggigit orang lain serta enggan ke luar karena sinar matahari.

Kata “vampir” pertama kali muncul dalam bahasa Inggris sekitar abad ke-18, namun asal usulnya lebih jauh.

Dilansir dari iflscience.com, pelopor vampir modern dapat ditemukan dalam cerita rakyat Yunani Kuno dan Mesotopian, di mana terdapat mitos makhluk pengisap darah jahat di budaya di seluruh dunia namun namanya berbeda-beda.

Misal ada peuchen di Chile, Jiangshi di China, the Baobhan Sith di Skotlandia, dan masih banyak lagi.

Sebagian besar dari kita mungkin setuju bahwa vampir tidak nyata. Namun seperti dalam kebanyakan kasus, ada beberapa fakta nyata menurut ahli biologi.

Salah satu hal yang telah dikaitkan dengan vampir adalah kelainan darah yang disebut eorththropoietic protoporphyria (EPP).

EPP adalah jenis porfiria paling umum ketiga dan yang paling umum terjadi pada masa kanak-kanak, di mana penderita sangat peka terhadap cahaya, sampai bisa terbakar karena sinar matahari.

“Orang dengan EPP menderita anemia kronis, yang membuat mereka merasa sangat lelah dan terlihat sangat pucat dengan peningkatan fotosensitifitas. Sehingga mereka tidak dapat ke luar pada siang hari,” kata Barry Paw, MD, dari Boston Children’c Cancer and Blood Disorders Center.

“Bahkan pada hari yang mendung atau ada sedikit sinar ultraviolet, bagian tubuh yang terkena terik bisa memerah sampai terbakar.”

Seorang pasien modern disarankan untuk tinggal di dalam rumah selama siang hari dan mereka mungkin diberi tranfusi darah dengan kadar heme (senyawa besi yang membentuk bagian nonprotein dari hemoglobin) yang cukup untuk mengurangi gejala.

Tapi pada zaman abad pertengahan dan kuno, sebelum pengobatan modern, mereka mungkin telah beralih ke darah hewan dan hanya ke luar pada malam hari untuk mencoba meredakan gejala mereka sendiri.

Sekarang dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam Prosiding National Academy of Science, para periset melaporkan mutasi genetik yang baru ditemukan yang bertanggung jawab untuk EPP, menunjukkan mekanisme biologis di balik mitos vampir.

“Mutasi yang baru ditemukan ini benar-benar menyoroti jaringan genetik kompleks yang mendasari metabolisme heme,” kata Paw.

“Mutasi kehilangan fungsi pada sejumlah gen yang merupakan bagian dari jaringan ini dapat menyebabkan gangguan yang merusak dan menodai.”

Selain itu, penjelasan menarik lainnya, para periset berharap wawasan ini dapat mengarah pada terapi yang memperbaiki gen yang salah pada orang dengan EPP.

“Meskipun vampir tidak nyata, ada kebutuhan nyata akan terapi inovatif untuk memperbaiki kehidupan orang-orang dengan EPP,” terang Paw.

 
(Intisari)