22 May 2018
Jakarta, CNN Indonesia -- Dewan pemilihan umum menyatakan Presiden Venezuela Nicolas Maduro sebagai pemenang, Minggu (20/5). Walau demikian, pemungutan suara dianggap kontroversial dan pihak oposisi menyebutnya tidak sah karena banyak kejanggalan.
Angka kehadiran pemilih dilaporkan hanya mencapai 46,1 persen karena pihak oposisi arus tengah menggelar boykot. Angka yang diungkap oleh dewan pemilu itu jauh lebih rendah dari pemungutan suara terakhir pada 2013, yakni 80 persen.
Saat hasil diumumkan, para pendukung Maduro menyalakan kembang api di permukiman miskin Caracas dan menari dengan iringan musik pop Latin di sekitara istana kepresidenan Miraflores.
Dewan pemilu, dikutip Reuters, menyatakan Maduro mendapatkan 5,8 juta suara, sementara pesaing terdekatnya, Henri Falcon, hanya mendapatkan 1,8 juta.
Falcon menyatakan dirinya tak akan mendukung hasil pemilu karena banyak sekali kejanggalan yang dilakukan pemerintah.
"Prosesnya tak dapat dipungkiri tidak sah dan dengan ndemikian kami tak mengakuinya," kata mantan gubernur itu, sebelum hasil pemilu diumumkan.
Falcon adalah seorang mantan anggota Partai Sosialis yang berbalik menjadi oposisi pada 2010 lalu.
Dia memprotes penempatan 13 ribu stan pro-pemerintah dekat tempat pemungutan suara di seluruh penjuru negeri.
Warga Venezuela yang dilanda kemiskinan juga diminta memindai "kartu tanah air" di tenda-tenda berwarna merah usai pemungutan suara, dengan harapan menerima "hadiah" yang dijanjikan oleh Maduro.
"Kartu tanah air" dibutuhkan untuk menerima sejumlah bantuan seperti boks makanan dan uang. Pihak oposisi menyebut langkah pemerintah itu sama dengan membeli suara.