28 May 2018
Jakarta, CNN Indonesia -- Puluhan ribu orang menandatangani petisi untuk menganugerahkan Nobel Perdamaian bagi Perdana Menteri Mahathir Mohamad, tokoh yang dianggap berhasil menyatukan kekuatan oposisi demi menggulingkan rezim penguasa sejak Malaysia merdeka.
Digagas oleh pengguna akun change.org bernama Alexandria Abishegam pada Sabtu (26/5), petisi itu sudah ditandatangani oleh 75 ribu orang terhitung pukul 06.00 waktu Malaysia, Senin (28/5).
"Petisi ini untuk mencalonkan Perdana Menteri, Tun Dr. Mahathir bin Mohamad, untuk Nobel Perdamaian sebagai pengakan tekadnya pada 93 tahun kembali ke dunia politik," tulis Abishegam dalam petisi di situs change.org tersebut.
Abishegam kemudian menyatakan bahwa Mahathir layak mendapatkan Nobel Perdamaian karena berani mengesampingkan prasangka politiknya dan bekerja sama dengan tokoh oposisi yang pernah menjadi musuh bebuyutannya, seperti Anwar Ibrahim.
PM Malaysia itu memang menggemparkan Malaysia ketika bergabung dengan Pakatan Harapan, koalisi hasil inisiasi Anwar Ibrahim, tokoh oposisi yang pernah dipecat dan dibui pada masa pemerintahan Mahathir dua dekade lalu.
Di atas podium, Mahathir pun mengakui kesalahannya selama memimpin Malaysia dengan tangan besi pada 1981-2003 lalu.
"Fakta bahwa Tun Dr Mahathir juga secara terbuka mengakui kesalahannya dan meminta maaf atas kesalahan yang ia buat di masa lalu membuatnya menjadi 'Giant of a Man' dan seorang pemimpin yang patut ditiru," tulis Abishegam.
Bersama Pakatan Harapan, Mahathir pun berhasil memenangkan pemilu pada 9 Mei lalu, mengukir sejarah penggulingan rezim Barisan Nasional yang sudah berkuasa sejak Malaysia merdeka enam dekade lalu.
Sejak berkuasa, Mahathir perlahan memenuhi janji kampanyenya untuk membentuk pemerintahan yang bersih dan mengembalikan supremasi hukum.
Pada awal masa pemerintahannya, Mahathir langsung merombak sistem dan bertekad mengurangi jumlah kementerian yang dianggap terlalu banyak pada masa Perdana Menteri Najib Razak.
Ia juga membuka penyelidikan besar-besaran terhadap skandal korupsi lembaga investasi negara 1Malaysia Development Berhad (1MDB) yang menyeret nama Najib.
Tak hanya itu, Mahathir juga memprotes kepolisian karena menangkap salah orang yang mengkritiknya melalui jejaring sosial Facebook.
"Tun Dr Mahathir fokus pada kepentingan transparansi, demokrasi, dan aturan hukum di Malaysia," tulis Abishegam dalam petisinya.
Meski demikian, menurut Channel NewsAsia, Mahathir kemungkinan besar kehilangan kesempatan untuk meraih Nobel pada tahun ini karena pendaftaran calon penerima sudah ditutup pada 1 Februari lalu.
Merujuk pada situs Nobel Perdamaian, ada 330 kandidat penerima penghargaan tahun ini, terbanyak kedua sepanjang sejarah.