Narendra Modi, Mantan Penjual Teh di Stasiun Kini PM India

30 May 2018

Jakarta, CNN Indonesia -- Hidup berubah 180 derajat boleh jadi tepat menggambarkan kisah Narendra Damodardas Modi. Kerabat menganggap Modi muda hanya seorang anak dari kota kecil di India, Vadnagar, negara bagian Gujarat, yang suka membantu sang ayah berjualan teh di stasiun kota setiap hari. 

Namun, siapa sangka di umur ke-63 tahun Modi dilantik menjadi Perdana Menteri India ke-14-orang nomor satu di negara dengan perekonomian terbesar ketujuh pada 2018 berdasarkan IMF.

Guru sekolahnya menggambarkan sosok Modi sebagai siswa biasa-biasa saja, namun sangat terampil dalam berdebat. Modi dikenal kerap menghabiskan waktu dengan membaca di perpustakan sekolah dan sangat tertarik dengan seni teater. 

Lahir pada 1950, Modi pernah kabur dari rumah karena menolak dijodohkan dalam usia 17 tahun. Selama dua tahun dia pernah berkeliling India sebelum melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Delhi mengambil jurusan ilmu politik.

Dikutip dari situs resminya, darah politik Modi sudah terlihat sejak muda. Di usia 8 tahun, Modi bergabung dengan Rashtriya Swayamsevak Sangh (RRS), organisasi nasionalis Hindu yang berpengaruh di India. RRS menolak paham sekularisme dan menjunjung tinggi Hinduisme dalam konstitusi negara.

Pada 1985, Modi bergabung degan partai politik nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP). Sejak itu, karier politik Modi terus merangkak naik hingga menjadi Dewan Eksekutif Nasional BJP pada 1991.

Empat tahun kemudian, Modi bekerja di belakang layar untuk memenangkan BJP dalam pemilihan umum di Gujarat. Pada 2001, Modi memenangkan pemilihan Majelis Umum Gujarat dan menjadi Menteri Besar Gujarat selama 13 tahun.

Kisah bagaimana Modi dari orang biasa (common man/CM) menjadi Menteri Besar (Chief Minister) Gujarat diulas dalam situs resminya. Diceritakan, Modi sedang berada di pemakaman jurnalis yang menjadi korban kecelakaan pesawat, saat menerima telepon dari PM India kala itu, Shri Atal Bihari Vajpaye.

"Di mana kamu?" tanya Atal Ji. Modi pun menjawab, "Saya sedang menghadiri upacara pemakaman." PM Atal Ji lalu memanggil Modi ke rumahnya malam itu juga. Saat bertemu Atal Ji mengomentari penampilan Modi. "Delhi membuat kamu sangat gendut ! Kamu harus kembali ke Gujarat!"

Pesan itu dipahami dengan sempurna oleh Modi, yang sangat terkejut atas keputusan tersebut. Tak pernah menjadi Menteri Besar, hal itu adalah tanggung jawab luar biasa dipercayakan padanya. Namun, Perdana Menteri telah bertitah, Modi tak dapat berkata tidak.

Pada akhirnya, Modi bukan hanya sekali terpilih menjadi Menteri Besar, melainkan empat kali!

Popularitasnya pun terus melonjak selama memerintah Gujarat. Dia dianggap berhasil membangun perekonomian dan memajukan sektor industri di sana. Di tangan Modi, Gujarat mampu menjadi wilayah penyumbang GDP terbesar bagi India. 

Kepemimpinan Modi di Gujarat tidak selalu mulus. Tak lama setelah ia diangkat sebagai kepala menteri, Gujarat menghadapi krisis komunal. Demo anti-Muslim pecah pada 2002 lalu hingga menewaskan lebih dari 1.000 orang, terutama umat Muslim.

Modi dituding gagal mencegah kekerasan tersebut. Dia sempat diinterogasi polisi karena disebut terlibat dalam kericuhan itu namun tidak pernah dituntut. 

Krisis tersebut mendapat sorotan hingga boikot dari dunia internasional. 

Amerika Serikat bahkan sempat menolak Modi masuk negaranya karena dituding membiarkan konflik komunal itu terjadi.

Ia juga sempat dikritik karena kebijakannya selama memimpin Gujarat dianggap lebih menguntungkan orang kaya dan beberapa perusahaan tertentu daripada orang miskin.

Namun, polarisasi agama dan kekerasan 2002 itu tampaknya malah meningkatkan prospek elektabilitasnya. Hingga pada 2014, BJP mencalonkan Modi sebagai Perdana Menteri India dalam pemilihan umum meski sejumlah partai senior menolaknya.

Modi bersama BJP mampu meraup perhatian publik India dengan menjanjikan penguatan nasionalisme Hindu dan pembangunan ekonomi. Dia memfokuskan janji kampanyenya tentang pengentasan korupsi, peningkatan lapangan pekerjaan, pembangunan, hingga kemiskinan. 

Dia mengklaim dirinya sebagai bapak pembangunan karena bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi negara tanpa foksu pada salah satu sektor. Visi misi Modi tersebut cukup banyak menarik perhatian generasi muda India.

Popularitas Modi yang terus meningkat juga terbantu karena kinerja partai berkuasa di Kongres saat itu jeblok menghadapi situasi ekonomi negara yang memburuk.

Dikutip Al Jazeera, selama kampanye, Modi bahkan sempat mengeluh tentang "imigran ilegal" dari Bangladesh yang terus masuk ke India dan meminta mereka pergi begitu BJP berkuasa.

Modi memenangkan Pemilu 2014 lalu dengan raihan 31,34 persen suara atau 171 juta suara popular, mengalahkan pesaingnya sekaligus anak mantan PM Rajiv Gandhi, Rahul Gandhi, dari partai INC, dan Jayalalithaa dari Partai AIADMK.

Tak hanya terkenal di dalam negeri, nama Modi pun cukup bergaung di luar negeri. 

Majalah Forbes menobatkannya sebagai orang ke-9 paling berkuasa di dunia pada 2018. Pada 2014, dia juga masuk dalam daftar 100 orang berpengaruh versi Majalah Time.

Ia bahkan dikenal memiliki kedekatan dengan sejumlah pemimpin negara besar, salah satunya mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama. 

Tak hanya dilihat sebagai politikus, Modi juga dikenal sebagai pemimpin yang modis dan memperhatikan penampilan. Ia senang mengenakan pakaian tradisional India dengan sentuhan modern di hampir setiap acara publik maupun kenegaraan yang ia datangi.

Modi juga dikenal sangat aktif menggunakan media sosial, hingga pada 2015 Majalah Timemenobatkannya sebagai politikus kedua yang paling banyak diikuti di Twitter dan Facebook.