Jakarta, CNN Indonesia - Banyaknya berita hoaks yang tersebar di platform Facebook membuat Facebook membuka lowongan "News Credibility Specialist". Pembukaan lowongan ini ditujukan untuk berurusan langsung dalam menekan peredaran berita hoaks di platform Facebook.
Sebelumnya Facebook sudah berusaha untuk menekan situs berita melalui aplikasi pihak ketiga pengecek fakta dan algoritma. Kendati demikian usaha ini gagal, bahkan masalah berita hoaks ini tumbuh lebih besar.
Dilansir dari Gizmodo, Facebook membuka dua lowongan ini di situs lowongan pekerjaannya. Lowongan pekerjaan ini bersifat kontrak dan salah satu lowongan mengharuskan pelamar harus fasih dalam berbahasa Spanyol.
Dalam unggahan pemberitahuan lowongan, Facebook menuliskan "Kami mencari individual dengan gairah dalam jurnalisme yang percaya dengan misi Facebook untuk membuat dunia makin terkoneksi. Sebagai anggota tim, Anda akan ditugaskan untuk mengembangkan kehalian mendalam di Program News Credibilty Facebook. Anda akan ditugaskan untuk melakukan investigasi terhadap kebijakan yang telah ditetapkan."
Facebook akan meminta News Credibility Specialist ini untuk membuat daftar organisasi berita yang kredibel. Daftar itu bisa digunakan untuk beberapa fitur di Facebook, dari Newsfeed ke sistem pengiklanan.
Kebijakan Facebook ini dinilai tidak hanya untuk menekan penyebaran berita hoaks tapi juga untuk menegakkan kepatuhan penerbit berita dalam aturan baru tentang transparansi iklan politik.
Kebijakan Facebook ini bertolak belakang dari pernyataan CEO Facebook Mark Zuckerberg yang mengatakan Facebook tidak berurusan untuk menilai berita mana yang bisa dipercaya.
Kendati demikian, kebijakan ini dianggap kurang efektif karena Facebook kurang transparan tentang kebijakan editorial penyebaran berita ini. Belum lagi Facebook selalu menyalahkan algoritma dalam masalah kredibilitas berita di platformnya. Profesor Komunikasi Politik dari University of North Carolina Daniel Kress mengatakan kebijakan ini kurang efektif.
"Mereka selalu memainkan peran editorial, ketakuan saya adalah mereka tidak tahu bahwa mereka memainkan peran editorial ini. Mereka juga tidak transparan bagaimana merka memutuskan kebijakan tersebut, dan untuk itu kebijakan yang mereka putuskan tidak bisa dipertanggungjawabkan," jelasnya, seperti dikutip
Gizmodo.
Bahkan Facebook juga sempat meminta para pengguna untuk melakukan survei tentang sumber berita yang kredibel. Kebijakan ini dianggap tidak berguna oleh para pihak.