Konjen AS Joaquin F. Monserrate Akhiri Masa Jabatan di Surabaya : 'Till We Meet Again, Pak Wakin!

25 July 2015

Kamis 23 Juli 2015, jam 14.00 WIB, kediaman Joaquin F. Monserrate tampak lebih ramai dari biasanya. Para staff Konjen sedang menyiapkan acara Halal Bi Halal sekaligus perpisahan yang akan diadakan disana sore itu. Yap, dalam waktu kurang dari seminggu Konsul Jenderal Amerika Serikat yang telah bertugas selama 3 tahun di Surabaya tersebut akan meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan tugasnya di Meksiko. Beliau akan berkantor di Kedutaan Besar AS, yang mana Kedubes AS di Meksiko merupakan consular operation terbesar di dunia (1 Kedutaan Besar, 7 Konsulat Jenderal, 2 Konsulat, dengan lebih dari 600 staff).

Sebelum memulai acara Halal Bi Halal, Pak Wakin—panggilan akrab Joaquin Monserrate, yang di 'patenkan' untuk mempermudah orang-orang Indonesia dalam menyebutkan namanya dengan benar—menyempatkan diri untuk diwawancara oleh awak pers Surabaya untuk terakhir kalinya. Diplomat yang dikenal ramah dan cukup ngoboi ini menyampaikan betapa dia kagum dengan kecepatan perkembangan Surabaya saat ini, apalagi jika dibandingkan dengan kondisi Surabaya di masa penempatan pertamanya disini. "Ini akhir dari masa jabatan kami, dan saya menyayangkannya karena kami sangat puas dan senang selama bertugas di sini," ungkap Pak Wakin. Pertama bertugas di Surabaya pada tahun 2000-2002, saat akhirnya ditugaskan untuk kedua kalinya di SurabayaWakin merasa Indonesia telah mengalami progres yang positif dalam kurun waktu 1 dekade. "Mungkin Anda sendiri sebagai orang Indonesia tidak merasakannya(positifnya perubahan di sini), tapi sebagai orang luar yang tinggal di sini (saya) sangat terkesan."

Wakin khususnya kagum dengan cara Indonesia mengelola demokrasi 15 tahun terakhir ini. Meski masih banyak PR, tapi Wakin mengapresiasi bagaimana Indonesia sebagai negara yang mayoritas Muslim bisa begitu terbuka terhadap demokrasi dan tetap menghargai minoritas. Sebagai contoh, saat Wakin berkunjung ke Manado & NTT dimana Muslim adalah minoritas, interaksi antar warganya tidak berbeda dengan di Jawa Timur yang mayoritas Muslim, keduanya damai-damai saja. Di Indonesia, orang tidak perlu memilih antara agama atau toleransi; maupun agama atau demokrasi. Menurut Wakin hal tersebut bisa dijadikan teladan bagi negara-negara lain.

Bicara mengenai perkembangan ekonomi Jawa Timur, Wakin yakin Jatim dapat menjadi pusat ekonomi Indonesia dalam waktu dekat. Jumlah penduduk yang besar, pendidikan yang semakin membaik, dan pemimpin serta jajaran pemerintahan yang kompak menjadi beberapa faktor pendukungnya. Dengan adanya hal-hal tersebut, Wakin merasa Jatim dapat memaksimalkan potensi ekonominya lebih cepat dibanding provinsi lain, bahkan Ibukota sekalipun. Hal tersebut dapat berdampak pada banyaknya investor AS yang tertarik menananamkan modal khususnya di Surabaya, disitu Wakin berharap Surabaya dapat memanfaatkan kesempatan semaksimal mungkin.

Saat ditanya tentang tantangan terbesar perkembangan Jawa Timur dari sudut pandangnya sebagai diplomat dari negara lain, Wakin menyebutkan isu pengolahan sampah dan proses hukum adalah hal-hal yang harus menjadi perhatian. Pengolahan sampah, bisa dilihat buktinya dari sungai atau kali yang ada di dekat rumah kita, banyak sampah mengambang bahkan sampai ke hilir. Sedangkan untuk soal proses hukum, Wakin berharap proses hukum bisa menjadi lebih transparan.

BTW, Pak Wakin yang mengaku betah tinggal di Surabaya ini ternyata dulunya tidak tahu Surabaya itu ada di negara mana lho! Tapi setelah tahu kalo Surabaya itu ada di Indonesia, beliau langsung memilih Surabaya sebagai destinasi tugas pertamanya di Kemenlu AS karena beliau melihat itu sebagai pilihan yang menantang. Dan ternyata Wakin tidak sendiri dalam ke-tidak-familiar-annya dengan Surabaya, beliau menyaksikan betapa banyak orang Amerika yang tidak paham soal Indonesia. Berbeda dengan warga negara Asia lain seperti Filipina, Vietnam, dan Korea yang banyak berdiaspora di Amerika, menurut data riset konsuler AS (berdasarkan visa) dari semua orang yang pernah tinggal/bekerja/melaksanakan studi di Amerika hanya kurang dari 1% di antaranya yang merupakan orang Indonesia dan masih tinggal di sana sampai saat ini. "Kalo tidak ada pecel, (mereka) tidak senang," canda Wakin.

Sedikitnya orang Indonesia di Amerika ini menyebabkan Indonesia kurang dikenal di sana. Agenda Presiden Jokowi yang akan berkunjung ke Amerika dalam waktu dekat dianggapnya sebagai kesempatan yang baik untuk semakin memperkenalkan Indonesia di sana, dan Wakin juga berharap supaya Pak Jokowi mengunjungi beberapa kota kecil di Amerika. Wakin sendiri selama bertugas di sini sudah pernah blusukan ke kota-kota kecil seperti Bondowoso, Jember, dan Atambua untuk mengenal masyarakatnya sekaligus membawa sebagian kecil Amerika ke sana.

Kesenangan berkawan dengan masyarakat setempat membuat Wakin semakin terkesan dengan Jawa Timur, karena di Jatim beliau bisa menikmati kehidupan ala masyarakat Jatim pada umumnya. Mulai dari makan malam informal bareng Pakdhe Karwo dan Gus Ipul, nonton pertandingan Piala Dunia di kampung kecil di Sidoarjo, sampai jalan-jalan ke warung di Kedungdoro. Cara masyarakat Jatim menerima orang asing yang tidak begitu lancar berbahasa Indonesia, dan memperlakukan para 'tamu' supaya merasa seperti di rumah sendiri ini menjadi hal yang akan sangat Wakin rindukan dari Jawa Timur.

Wakin gemar mencicipi beragam kuliner lokal, pemilik akun Twitter @JoakiMonserrate ini sering sharing soal makanan favorit di akun pribadinya. "Martabak.", kata Wakin mantap, menjawab pertanyaan tentang makanan Indonesia apa yang paling disuka. Untuk yang manis-manis, Wakin memilih Terang Bulan, dan mengaku masih mencari resepnya. Wakin juga menyukai Kupang Lontong, dengan kehadiran Lentho yang wajib hukumnya (untuk yang satu ini, beliau sudah punya resepnya). Untuk makanan berat yang biasa dinikmati sambil duduk di warung favoritnya adalah Rawon, beliau juga belum punya resepnya nih. “Jika Anda punya resep Rawon yang enak silakan di-share ke Twitternya Konjen AS Surabaya di @USConGenSby”, kata Wakin. Kasih tahu nggak yaa resepnya? ;)

 

Naskah : Nadia Maya Ardiani/Ulin Rostiti

Foto : Nadia Maya Ardiani