Suara Hati Ocha Leksono #PenyiarItuProfesi

28 March 2016

           Jadi penyiar radio? Jujur saja tidak pernah terlintas dalam fikiran. Saya justru ingin jadi dokter hewan. Semuanya berjalan begitu saja,sejak ada info,kalau radio Suzana kala itu membutuhkan penyiar wanita. Tahu infonya darimana? Ngga mungkinlah saya dengar sendiri,secara aslinya saya dengarkan radio aja bisa dihitung jari.Nenek saya almarhum yang mendorong saya untuk ikutan audisi yang diikuti 250 calon2 penyiar,karena melihat saya yang cerewet.

           Ok,tahun 2001 saya resmi diterima menjadi penyiar di radio Suzana dan Merdeka FM. Kala itu,saya mengasuh acara curhat,kata orang dan request lagu. Sejak siaran,saya ngga pernah mencoba2 untuk mencari pekerjaan lain. Ya mungkin karena jadwal siaran saya padat kali ya. Pagi,siang dan malam hari. Belum lagi,saya juga dipercaya menjadi reporter dan juga MC tiap kali kalau ada acara yang berkaitan dengan radio Suzana.

            Ditambah lagi,orangtua,mertua dan nenek kakek saya,sangat bangga dengan profesi saya ini. Yang awalnya saya tidak ada fikiran jadi penyiar radio,malah enjoy sampai sekarang. Soal salary? Ok,semua pekerja radio tahulah ya. Tapi buat saya,kesenangan menghibur pendengar yang menjadi tugas utama seorang penyiar radio itu yang ngga membuat saya tidak terlalu memikirkan pendapatan. Tapi bukan berarti saya pasrah,oh ngga. Dari tahun ke tahun,pendapatan saya bertambah ngga perlu pakai demo segala,ditambah kalau tugas menjadi reporter memanggil. Ngomong 5-10 menit,bayaran lumayan. Sampai akhirnya,alhamdulillah saya bisa membeli rumah walau KPR. Ya pakai gaji penyiar ini.

           Dan ngga terasa,15 tahun sudah saya berkecimpung di dunia radio. Yang menurut saya,rasa sukanya lebih banyak dari dukanya. Terus,kalau kita siarannya ok dan berprestasi,otomatis salary juga akan ikutan nambah lho.