Etika Memotret untuk Instagram

25 September 2017

Foto di Instagram seringkali menjadi referensi liburan. Wisatawan melihat foto-foto di Instagram untuk mendapatkan informasi tentang destinasi wisata yang dituju.

"Saya sih sering lihat-lihat Instagram buat liburan, tapi belum sampai jadi keputusan. Instagram sudah menjadi salah satu referensi saya selain Google dan teman," kata seorang warga asal Tangerang, Dien kepada KompasTravel di Jakarta, Sabtu (2/9/2017).

Instagram ibarat dua mata pisau. Bisa membawa dampak positif maupun dampak negatif bagi warganet yang melihat unggahan foto sebuah destinasi.

"Sebenarnya penguna Instagram ini atau media lain, cukup powerfuluntuk promo wisata," kata narasumber talkshow bertema "Etika Demi Inspirasi Demi Perjalanan Lestari", Mahandis Yoanata Thamrin di Jakarta, Sabtu (2/9/2017).

Ada hal-hal negatif yang disayangkan terjadi akibat unggahan foto, seperti kecelakaan maupun rusaknya obyek wisata karena sampah atau hal lain. Lalu, bagaimana cara meminimalisir risiko negatif yang timbul akibat foto Instagram? Apa etika yang perlu diperhatikan saat mengunggah foto ke Instagram?

"Hindari berpose dengan memegang relief. Misalnya seperti goa-goa cadas. Kita nanti menjadikan contoh untuk orang lain tapi tak lestari obyek wisatanya. Usahakan berfoto tanpa harus memegang subyek fotonya," kata Mahandis.

 Ia mengatakan seorang wisatawan harus sadar tentang hal-hal yang diunggah ke Instagram. Nantinya, warganet bisa memilih hal-hal yang bisa dijadikan referensi.

"Sebagai pejalan kita harus sadar hal yang tidak perlu atau yang tak perlu diunggah. Ketika unggah foto, sampaikan do and don't nya," ujar laki-laki yang juga bekerja sebagai Editor Majalah National Geographic Indonesia itu.

"Salah satu cara itu foto Instagram itu harus disertai dengan info 5W1H (what, where, why, who, when, dan how). Dari modal pertanyaan itu bisa mencari tahu lagi untuk foto Instagram," jelas Agustinus.

 Dengan modal pertanyaan-pertanyaan itu, foto Instagram bisa lebih mengedukasi warganet yang melihatnya. Menurut Agustinus, wisatawan saat berkunjung bisa bertanya kepada narasumber untuk memperkaya informasi foto Instagram.

"Jadi ada story dan cerita menarik dari perjalanan itu," tambah Agustinus.

Ia menyarankan wisatawan agar bisa lebih fokus untuk menjalani liburan tanpa harus memikirkan foto-foto untuk Instagram. Wisatawan bisa memiliki banyak waktu luang untuk mengeksplorasi daerah wisata.

"Potret dan tunggu ketika pulang. Baru upload. Itu sudah," ujarnya. (Wahyu Adityo Prodjo/ Kompas)